Minggu, 16 Oktober 2011

cinta dan kasih

http://studentsite.gunadarma.ac.id/home/index.php“Real love stories never have endings” - Richard Bach<"Sweet Girl Pearl" (sebagaimana George yang penuh kasih sayang menggambarkan istrinya) bergabung dalam rumah jompo kami pada bulan April dan George saat itu sedang berusaha untuk menyesuaikan diri untuk hidup terpisah dengan belahan jiwanya. George harus menghadapi kenyataan bahwa Pearl mungkin tidak akan pernah dapat meninggalkan rumah jompo ini.

Pearl didiagnosa menderita penyakit Alzheimer dan semakin lama kondisinya semakin memburuk. Pada tahap lanjutan, Pearl telah lupa cara berjalan dan terpaksa menggunakan kursi roda untuk berkeliling rumah didorong oleh George yang terus tersenyum. "Hanya mengajak istri tercinta tour keliling rumah," begitu responnya saat seseorang bertanya tentang istrinya. Saya biasanya melihat mereka berdua di teras, bergandengan tangan di tempat yang teduh. Mereka berdua duduk terdiam tapi mereka memberikan senyum manis mereka pada siapapun yang lewat. Mereka selalu bergandengan tangan kecuali pada saat George mendorong kursi roda Pearl.

Memasuki bulan Juni, Pearl mulai tidak mengenali George, tetapi hal ini sepertinya tidak jadi masalah bagi George. Setiap pagi George secara rutin datang ke rumah jompo, menyalami istrinya dengan sebuah kecupan lembut di pipi, dan mendorong kursi roda istrinya ke aula untuk menikmati sarapan bersama. George memegang garpu untuk menyuapi istrinya dengan satu tangan, dan dia menggunakan tangan lainnya untuk merangkul istrinya. Mereka tidak pernah melepaskan genggaman tangannya, tersenyum dan terus duduk dalam kesunyian.

Beberapa hari kemudian di bulan Juli saat saya mendorong kursi roda pasien lain menuju kantin, saya merasakan sesuatu yang salah. Sesuatu terasa berbeda. George dan Pearl tidak ada di tempat mereka biasanya, sambil menikmati sarapan bersama. Saya memanggil suster lain untuk menggantikan saya karena saya ingin melihat keadaan Pearl di kamarnya.

Saat saya memasuki ruangan Pearl, saya menemukan mereka berdua. Pearl sedang menatap langit-langit dan George sambil menggenggam tangan istrinya, mengangkat kepala dan melihat kepada saya. George menyapa saya, dan saya menyadari bahwa George baru saja menangis dengan mendengar suara sengaunya. Saat saya menghampiri tempat tidur Pearl, saya menyadari bahwa dia tidak bernapas dan segera memanggil dokter dilanjutkan dengan memberikan napas buatan. Setelah dokter tiba, beliau mengkonfirmasikan sesuatu yang telah saya ketahui sebelumnya. Pearl telah meninggal.

George bercerita pada saya bahwa Pearl telah menunggu dirinya. Dia duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangannya dan untuk pertama kalinya setelah sekian bulan, Pearl mengenali suami tercintanya dan bicara padanya "George, cinta kita tidak akan pernah mati. Saya mencintaimu George." Sambil menutup matanya dan pergi dengan damai.

George sangatlah luar biasa. Dia berada di sana setiap hari walaupun kondisi fisik istrinya memburuk dan tidak dapat membalas setiap kebaikan George. Hal itu sepertinya tidak menjadi masalah bagi George. Dia hadir di sana untuk istrinya dan itu sudah cukup untuk membuatnya bahagia.

Sebelum George pergi, dia memberi saya sebuah pelukan yang hangat. Dia berterima kasih pada saya karena telah menolong istrinya, dan mendengar isakan saya sepertinya dia tahu bahwa saya juga kehilangan Pearl. Dia berkata pada saya jangan bersedih, dan segalanya baik-baik saja. Saya sangat malu saat dia menghibur saya dimana seharusnya sayalah yang harus menghibur dia.

Saya menunggu di depan bersama George. Bus yang biasa dinaikinya telah datang. Hal terakhir yang dia katakan sebelum dia meninggalkan rumah jompo kami untuk yang terakhir kalinya adalah "Pearl belum meninggalkan saya. Dia masih ada di sini. Dia akan selalu ada bersama saya. Cinta kami terlalu kuat untuk dapat mati." Saat saya melihat bus itu menjauh, George melambaikan tangannya di jendela. Sebagai balasannya saya memberikan sebuah senyum yang dibuat-buat untuk membalas semua sikap positifnya.




Saya berharap masih banyak George-George lainnya di luar sana yang mengerti apa arti sesungguhnya dari cinta.

Walaupun Jay Leno pernah berkata bahwa hari Valentine adalah sebuah hari untuk memeras kaum pria, tetaplah cintai pasanganmu. Belajar seperti George yang dapat mencintai istrinya tanpa syarat dan tanpa pamrih.