Kamis, 05 April 2012

HAM

sebuah  Judul filmnya, banci juga Manusia’, itulah judul film pendek sekaligus tema yang
Penyiksaan yang menjurus ke arah pelanggaran HAM pun bisa diminimalisir.

Apa yang Salah pada Waria?
Memang, waria tidak sengaja diciptakan Tuhan karena Tuhan hanya menciptakan manusia sebagai pria atau wanita. Namun banyak juga masyarakat yang kurang menyadari, mengapa seseorang menjadi waria? Yang ada hanyalah kesadaran bahwa waria adalah orang yang memang menentang kehendak Tuhan. Itu saja, dan habis perkara!
Padahal, ada beberapa hal yang menyebabkan waria menjadi seperti demikian. Pertama karena lingkungannya. Waria, sebetulnya bisa dikategorikan menular dan menjadi gaya hidup. Tentu saja bagi mereka yang mengalami ini, tidak bisa ‘setulen’ waria yang sesungguhnya tercipta dari kecil.
Beda lagi dengan waria yang didapatnya dari lahir. Bukan salahnya ketika ia dilahirkan dengan jumlah kromosom yang berbeda dengan pria sejenisnya. Akhirnya, ia pun menjadi berbeda jika dibandingkan dengan pria kebanyakan.
Ini pun bisa berpeluang menjadi dua kejadian, mereka yang akhirnya tetap menjadi pria meski berbeda, dan mereka yang akhirnya memilih untuk mengubah keadaan, alias menjadi waria. Nah, yang terakhir ini pun bisa menjadi berbeda-beda, ada yang memilih untuk menjajakan tubuhnya, dan ada yang memang mengubah kondisi dirinya untuk menjadi waria namun tetap ingin hidup secara baik-baik.
Saya pun ketika di kelas mencoba menjelaskan bahwasanya di kawasan Batuampar misalnya, banyak waria yang menjajakan tubuhnya hanya Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu namun memiliki tubuh yang memang tidak berbeda jauh dari wanita, baik fisik hingga (maaf) alat kelaminnya. Nah, apakah mereka bisa dikatakan butuh uang? Sedangkan untuk biaya operasi itu saja bisa membutuhkan uang berjuta-juta dan bahkan hingga ke luar negeri untuk operasinya.
Namun, ada juga para waria yang akhirnya meski berani berbeda, tetapi bisa hidup denagn cara baik-baik. Mbak Merlyn Malang misalnya. Berani hidup dan berkarya dengan aktif di lembaga sosial sampai menerbitkan buku.
Tapi saya tidak juga bermaksud membenarkan mereka yang memilih untuk berabni mengubah kondisi. Tidak sedikit juga para pria yang memiliki kondisi seperti ini tetap memilih mejadi pria, hidup normal, berkeluarga, hingga memiliki anak. Meskipun sekali lagi, terkadang jalan hidup yang sudah dipilih seperti itupun masih dilihat sebelah mata. Masyarakat kebanyakan masih memandang bahwa mereka terlihat aneh secara fisik, secara tingkah laku, dan akhirnya masih menyepelekan kehadirannya.
Jadi, apa yang salah pada mereka ketika memang mereka lahir dalam kondisi kromosom yang berbeda dengan manusia kebanyakan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar